Pelestarian Budaya Kupatan dan Sejarah Kupatan - Sensei11
PELESTARIAN BUDAYA KUPATAN
Budaya kupatan merupakan suatu hal yang ada
sejak dahulu dan sampai saat ini yang masih ada. Hari Raya Ketupat
diselenggarakan tujuh hari sesudah Hari Raya Idul Fitri, dan memperingati
selesainya berpuasa syawal selama enam hari. Barangsiapa sesudah berpuasa penuh
di bulan Ramadhan dan kemudian melanjutkan berpuasa enam hari di bulan syawal
maka mereka-mereka itu bagaikan berpuasa selama setahun. Hari raya
ketupat dibuat oleh kreatifitas sunan kalijaga dan para wali pada zamannya .
Dalam merayakan Hari raya ketupat biasanya orang-orang menyiapkan ketupat ,
lepet , lontong, sayur santan bisa nangka muda atau lainnya, ayam, ikan
pindang, jajan pasar seperti apem, lemper, nogosari dan lain-lain.
Nogosari
Budaya Kupatan
terbentuk oleh Sunan Kalijaga dan para wali lainnya pada zaman tersebut dan
sampai sekarang masih ada . Akibat budaya kupatan sangat berpengaruh bagi
masyarakat dan untuk orang-orang islam karena budaya kupatan bisa menambah tali
erat persaudaraan antar sesama maupun saudara dan juga
budaya kupatan mungkin diterapkan didaerah-daerah Indonesia karena mayoritas
penduduk Indonesia adalah masyarakat Islam . Budaya
kupatan memberikan makna lebih bagi orang-orang beragama islam karena setelah
melaksanakan puasa selama 1 bulan penuh ,dan juga pahala yang didapat setelah
melaksanakan ibadah puasa . Kurangnya pelestarian budaya kupatan menjadikan
satu hal yang harus diperbaiki , Sekarang dikota-kota besar sudah jarang sekali
orang merayakan budaya tersebut . Karena perkembangan zaman yang semakin
canggih dan munculnya masakan-masakan yang begitu menggugah selera untuk
dibandingkan dengan makan ketupat. Acara-Acara televisi negri yang menawarkan
berbagai produk makanan modern membuat nama ketupat menjadi meredup , padahal
jika dilihat harga ketupat lebih murah dibandingkan makanan-makanan restoran
yang ada dan tentunya rasa ketupat juga tidak kalah enaknya jika ditambahkan
sedikit lauk pauk yang enak .
Pelestarian budaya kupatan sangat perlu dilaksanakan karena merupakan
budaya warisan islam dan budaya turun temurun masyarakat desa untuk menambah
tali silahturahmi .Jikalau Budaya kupatan hilang Hari Raya Idul Fitri akan terasa berbeda dan sepi jika salah satu ada
yang hilang . Pada tanggal 29 Ruwah adalah hari terakhir sebelum puasa. Biasanya akan
banyak orang santri yang nyekar ke makam-makam. Orang Agami Jawi juga
mengadakan slametan sederhana pada tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29 dalam bulan
Puasa, yang dinamakan puasa maleman.Pada tanggal 7 syawal diadakan slametan yang
dianggap masih ada hubungannya dengan berakhirnya masa puasa, yaitu slametan
kupatan.
Di Jepara, tradisi kupatan (tradisi syawalan) dilakukan sepekan
setelah hari raya Idul Fitri atau pada tanggal 8 syawal di Pantai Kartini
Jepara, dengan melarung kepala kerbau ke tengah lautan. Tujuan diadakannya
Pesta Lomban ini sebagai bentuk nyata peran Pemerintah Kabupaten Jepara dalam
melestarikan budaya lokal Jepara, sebagai salah satu bentuk kearifan lokal
Jepara sekaligus event untuk mempromosikan potensi wisata Kabupaten Jepara
khususnya wisata budaya yang dimiliki Kabupaten Jepara.Tradisi ini biasa
disebut dengan “Bada Kupat”. karena pada saat itu masyarakat Jepara
merayakannya dengan memasak kupat (ketupat) dan lepet disertai rangkaian
masakan lain seperti : opor ayam, rendang daging, sambal goreng, oseng-oseng
dan lain-lain. Selain itu, sering pula disebut “ Pesta Lomban ” karena
merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan . Pesta Lomban terdiri dari
sedekah laut, festival kupat lepet, serta pesta Lomban itu
sendiri. Masyarakat menyambut
antusias budaya kupatan tersebut karena budaya kupatan menambah silaturahmi
antar masyarakat desa , suku , budaya , dan lain-lain . Jepara sangat erat
budaya kupatan karena mayoritas orang Indonesia beragama islam.
Budaya Kupatan adalah budaya yang erat dengan
umat islam , untuk menambah silaturahmi antar sesama. Budaya kupatan dilakukan
setelah berpuasa selama 1 bulan penuh , biasanya dalam tradisi kupatan terdapat
lontong , opor , ketupat , lepet, sayur santan dll. Masyarakat menyambut baik
budaya kupatan tersebut secara turun temurun . Tradisi kupatan dijepara juga
harus terapkan agar kita ingat kepada Allah SWT . Dari sisi bahasa, kupat
berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Berkaitan dengan momen
Lebaran, Kupatan mengusung semangat saling memaafkan, semangat tobat pada Allah
dan sesama manusia. Dengan harapan, tidak akan lagi menodai dengan kesalahan
pada masa depan.
Kupat dalam
bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kafi, yakni kuffat yang berarti sudah cukup
harapan. Jadi, dengan berpuasa satu bulan penuh pada bulan Ramadan, kemudian
Lebaran 1 Syawal, dan dilanjutkan dengan puasa sunah enam hari Syawal, maka
orang-orang kuffat , merasa cukup ibadahnya, sebagaimana Hadis Nabi, dan hal
itu bagaikan berpuasa selama satu tahun penuh.
0 Response to "Pelestarian Budaya Kupatan dan Sejarah Kupatan - Sensei11"
Post a Comment